Menelaah Misi “Berbaur” Dibalik Perubahan Nama Stadion Pamekasan

Bupati Pamekasan Baddrut Tamam saat menyampaikan gagasan mengubah nama stadion Pamekasan dari Stadion Gelora Ratu Pamelingan menjadi Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan pada acara HUT Madura United FC di Tang Kantor Jalan Raya Panglegur, Pamekasan.

MADURAKU.COM – Stadion yang terletak di Desa Ceguk, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan yang kini menjadi hombebase klub sepak bola Madura United FC, tergolong stadion “unik”. Selain tribunnya terletak di sebelah timur, sesuatu yang tidak biasa bagi stadion di negeri ini, nama stadion ini juga berubah-ubah.

Saat diresmikan pada 18 November 2016 oleh Bupati Pamekasan Achmad Syafii kala itu, stadion itu bernama “Pemellengan”. Nama ini diambil dari hasil sayembara, yang digelar oleh Dinas Pemuda dan Olahraga, atas instruksi bupati yang menginginkan agar penamaan stadion Pamekasan melibatkan masyarakat Pamekasan.

“Melleng” merupakan bahasa Madura yang berarti bertafakur, atau bersemidi, sedang “Pamellengan” merupakan tempat untuk bersemidi, atau bertafakur.
Dalam literatur sejarah Pamekasan, “Pamellengan” memang merupakan nama tempat, dan kotanya disebut Pemelingan. Nama kota Pamelingan ini dinisbahkan pada seorang ratu kala itu, sebelum menjadi Kota Pamekasan.

Para sejarawan dan budayawan Pamekasan sepakat, “Pamellengan” sebagai nama stadion Pamekasan. Namun, saat diumumkan, nama “Pemellengan” justru banyak menuai protes dari kalangan masyarakat Pamekasan.

Selain terasa asing didengar, kata “pamellengan” juga akan sulit diucapkan, dan tidak akan terasa familiar, meskipun di kalangan masyarakat Pamekasan itu sendiri.

Akhirnya, pada tanggal tanggal 23 November 2016 Bupati Pamekasan Achmad Syafii kala itu merubah nama stadion tersebut, dengan menisbahkan kepada nama ratu yang juga menjadi nama kota kerajaan Pamekasan, yakni Ratu Pamelingan, sehingga menjadi “Stadion Gelora Ratu Pamelingan”.

Stadion ini menjadi homebase dua klub sepak bola profesional, yakni Madura United FC dan Persepam Madura Utama. Namun dalam perkembangannya Persepam turun tahta, setelah ditinggal oleh pengelolanya Said Abdullah kala itu. Said meninggalkan Persepam setelah membeli klub lain yang kini diberi nama Madura FC.

Madura United merupakan klub yang mengusulkan pengelolaan stadion Pamekasan. Tapi oleh Bupati Pamekasan Achmad Syafii kala itu, tidak diizinkan, karena bupati juga merasa tidak nyaman kepada pengelola Persepam jika stadion milik Pemkab Pamekasan tersebut dikelola oleh pihak lain. Sedangkan pemkab memiliki klub profesional juga, yakni Persepam Madura Utama.

Dalam perkembangannya, Pemkab Pamekasan memang terbukti tidak mampu mengelola biaya operasional stadion yang membutuhkan banyak biaya. Hanya berselang beberapa bulan saja, lapangan sudah bergelombang, sehingga stadion itu menjadi sorotan peserta Piala Presiden kala itu.

Demi memajukan sepak bola, manajemen klub Madura United FC terpaksa merogoh kocek sendiri untuk membiayai perawatan stadion. Belum lagi konstruksi bangunan yang jelek, seperti pemalsual kapasitas tampung stadion dari sebenarnya hanya 13 ribu menjadi 35 ribu, serta kondisi pagar tribun yang mirip ruang tahanan sehingga harus dilakukan pemotongan.

Namun, kesungguhan manajemen Madura United mempercantik stadion dan melengkapi kekurangan sarana dan berbagai jenis fasilitas lainya, tidak berbuah manis, karena Pemkab Pamekasan dibawah kepemimpinan Achmad Syafii kala itu masih bersikukuh hendak mengelola sendiri.

Angin Segar Pemimpin Baru
Pergantian pemimpin baru Pamekasan dari Achmad Syafii ke Bupati Baddrut Tamam nampaknya membawa angin segar bagi manajemen Madura United FC. Bahkan, jauh sebelum Baddrut Tamam menjadi bupati, gagasan tentang pentingnya pengelolaan stadion oleh pihak ketiga sering dilontarkan di berbagai kesempatan.

“Tidak mungkin dana pemkab cukup untuk melakukan perawatan stadion. Perlu dikelola oleh pihak ketiga, dan dimana-mana seperti itu,” kata Baddrut Tamam dalam sebuah diskusi terbatas dengan Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan.

Pemikiran Baddrut tentang pengelolaan oleh pihak ketiga ini, tentu bukan tanpa alasan, mengingat iklim kerja melayani di sebagian apatur sipil negara belum sepenuhnya terlaksana. Orientasi berbeda antara pemkab sebagai pelayan masyarakat dengan orientasi pengusaha sebagai pegiat usaha, menurutnya adalah titik tumpu pijakan usaha yang harus menjadi perhatian.

“Maka, jika stadion itu ingin maju, ya harus dipihakketigakan. Saya setuju itu, dan jika saya terpilih menjadi Bupati Pamekasan, maka pengelolaannya harus oleh pihak ketiga,” kata Baddrut yang kala itu, masih sebagai bakal calon Bupati Pamekasan.

Tentunya, sambung mantan anggota DPRD Jatim itu, harus sama-sama menguntungkan antara kedua belah pihak, baik kepada Pemkab Pamekasan, ataupun kepada pihak pengelola.

Nama Sebagai Cita-cita
Keinginan sang pemimpin muda Pamekasan untuk menjadikan pihak ketiga sebagai pengelola stadion, kembali disampaikan Baddrut Tamam dalam sebuah acara Ulang Tahun Madura United FC.

Bahkan, Baddrut yang hadir dalam dalam acara peresmian kantor Kelompok Usaha Produktif (KUP) POJUR, Sabtu (6/10/2018) malam menyampaikan keinginnya untuk mengubah nama Stadion Gelora Ratu Pamellingan (SGRP) Pamekasan itu.

Bupati Baddrut Tamam menginginkan nama stadion tidak hanya berbau lokal. Stadion yang didirikan di desa Ceguk Tlanakan itu harus beraroma Madura, seperti nama klub yang menempatinya sekarang, Madura United FC.

“Saya mempunyai keinginan nama stadion diubah. Karena digunakan sebagai homebase Madura United yang notaben-nya mengangkat nama Madura. Maka nama stadion juga harus beraroma Madura. Bagaimana kalo saya ubah Stadion Gelora Madura Ratu Pamellingan?,” tanya Bupati Baddrut Tamam kepada hadirin kala itu.

Keinginan “Berbaur” mengubah nama stadion beraroma Madura, tentunya bukan tanpa alasan. Keinginan menjadikan stadion Pamekasan sebagai representasi klub sepak bola di Pulau Madura adalah hal mendasar dalam upaya memajukan ekonomi masyarakat di sekitar stadion dan masyarakat Pamekasan pada umumnya.

Ikon Pamekasan sebagai pusat sepak bola di Madura adalah hal yang ingin dijual kepada publik dan pelaku usaha, guna memikat daya tarik masyarakat luar Pulau Madura tentang Pamekasan.

Pamekasan sebagai miniatur Madura dalam dunia sepak bola, adalah terepresentasi dari nama stadion baru yakni “Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan” yang akan diresmikan sebelum laga perempatfinal Piala Presiden RI 2019 antara Madura United FC melawan Persebaya Surabaya pada 6 April 2019 kali ini.

(Tulisan ini telah ditayangkan di situs penawarta.com dengan judul “Dibalik Perubahan Nama Stadion Pamekasan, 6 April 2019).

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.